STRATEGI IMPLEMENTASI GENDER

Oleh: Haliemah Noor Q*



           
Kehidupan masyarakat tidak selamanya mengkonstruksi nilai-nilai kemanusian dan semangat egaliter antara laki-laki dan perempuan. Hal ini terjadi sangat ditentukan oleh cara berpikir masyarakat yang memahami teks-teks agama secara bahasa saja, dan kurangnya upaya lebih untuk menyelami kehendak Tuhan atas firman-Nya. Maka tak heran budaya patriarki diadopsi oleh mayoritas kehidupan masyarakat di bumi ini. Sebuah ketimpangan relasi di antara keduanya, hanya dilandasi oleh jenis kelamin yang mengatur peran sosial mereka.
Gender dapat dimaknai sebagai relasi sosial atas konstruksi sosial lokal, dimana nilai-nilai yang terkandung di dalamnya menjadi sebuah kesepakatan atas peran sosial masyarakat. Lalu bagaimanakah peran gender di dalam komunitas yang masih misogini terhadap nilai-nilai kesetaraan laki-laki dan perempuan. Hal ini menjadi sebuah renungan tersendiri bagaimana merancang sebuah strategi dan arah komunikasi yang relevan dengan arah ideologi komunitas agar keberadaannya tetap dapat disaksikan walau tidak harus menggunakan istilah gender secara gamblang.
            Rancangan strategi tersebut salah satunya dengan membangun kapabilitas dan kualitas perempuan aktivis gender untuk setara dengan kaum laki-laki. Hal ini menunjukkan secara publik bahwa keberadaannya secara seimbang serta mendorongnya untuk pantas setara dengan kaum laki-laki. Tentunya hal ini butuh perjuangan besar bagi aktivis perempuan selain dari kepastian iklim komunitas yang memungkinkan untuk kontestasi kaum perempuan di publik, serta dukungan politik yang penuh atas eksistensi perempuan di ranah publik.
            Isu gender sering kali disikapi misogini dikarenakan oleh minimnya SDM para akademisi yang terakomodir menjadi aktivis perempuan. Namun, hal itu tidak dapat dikatakan menjadi sebuah institusi anti gender, dikarenakan oleh iklim kampus yang berlandasakan pada asas intelektualitas dan pengabdian kepada masyarakat. Kondisi ini masih dikatakan sehat, serta  menjadi sebuah motivasi bagi para akademisi untuk selalu memupuk ilmu dan pengetahuan dari berbagai aspek dari waktu ke waktu untuk menjadi lebih baik. Hal ini membutuhkan waktu dan sosialisasi atas kiprah perempuan.

Ketimpangan Atas Nama Ekonomi
Teori Marxis tak pernah luput dari kehidupan realitas yang membentuk dua komunitas yang saling bersebrangan antara proletar dan borjuis. Kelas buruh menjadi takdir untuk selalu ditindas oleh para majikan  atas dasar ekonomi. Kasus trafficking yang sering kali mendera rakyat Indonesia sebagai korban dikarenakan oleh mata rantai traffiking, baik dari pelaku dan korban sama-sama terjerat dengan permasalahan ketimpangan ekonomi yang semakin melebar di negeri ini. Demi meraup rupiah, para calo secara sadar menjerumuskan para calon korban dengan sejuta bahasa untuk proses perekrutan para calon TKI. Jeratan hutang menjadi alasan klasik sebab para korban terjerembab dalam kubang kemiskinan yang semakin meroket. Sering kali ditemukan bahwa para calon TKI dibohongi menjadi korban pelacuran yang mayoritas mereka adalah komunitas anak-anak.
            Kondisi pelik bias strata ini semakin menunjukkan ketimpangan relasi gender antara laki-laki dan perempuan, bahwa sering kali kaum perempuan dijadikan korban dikarenakan oleh kepemilikan seks mereka yang rentan di wilayah publik. Anggota tubuh perempuan tidak dapat dijamin keamanannya bahkan sering kali para korban menderita berlapis-lapis baik dari sisi ekonomi maupun seksualitas.
            Fenomena ini mengharuskan masyarakat Indonesia untuk berpikir cerdas dalam menginput informasi dan kecakapan dalam membaca bahasa tubuh para pelaku untuk mencari mangsanya dalam kehidupan masyarakat. Tawaran imbalan yang tinggi serta prsedural pemberangkatan calin TKI yang instan adalah sesuatu yang mustahil secara akal, bahwa semestinya administrasi pemberangkatan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk kepentingan akurat secara pendataan dan keasliannya.
            Dalam implementasi gender dalam kehidupan masyarakat, penanganan para korban traffiking yang mayoritas perempuan membutuhkan pemulihan dan menanm kembali semangat hidup untuk lebih baik, bahwa ada harapan cerah di masa depan. Hari ini adalah realitas dan masa depan adalah harapan yang dirancang dari masa kini untuk diukir secara cemerlang. Masa lalu  kelabu adalah sejarah hidup yang tak pernah terlupakan dalam memory, namun hal tersebut menjadi sebuah pembelajaran bagi diri setiap insan untuk selalu melakukan refleksi dari segala ancaman yang menghadang masa depan cemerlang dari segala tipu muslihat para penipu. Berpikir cerdas dan bersikap bijak atas realitas serta memupuk cita-cita yang tak pernah berhenti menjalani hidup ini untuk keridhoan illahi.
Perempuan adalah makhluk Tuhan terindah yang layak mendapatkan kesejajaran dengan laki-laki di ranah domestik maupun publik. Semangat belajar yang harus selalu tertanam bagi kaum perempuan untuk mengejar ketertinggalan eksistensi perempuan atas kaum laki-laki. Dengan semangat kesatuan perempuan dalam beberapa organisasi perempuan sebagai wadah pemberdayaan perempuan dan mempersiapkan SDM yang tangguh dan kompetitif dengan zaman, serta mewujudkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.


STRATEGI IMPLEMENTASI GENDER STRATEGI IMPLEMENTASI GENDER Reviewed by Cherbon Feminist on September 18, 2017 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.