REFLEKSI KEGIATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW & LAUNCHING “Cherbon Feminist”

Oleh: Sofi Fauziah[1]


Pada hari Kamis 21 Desember 2017, diselenggarakan acara Refleksi Maulud Nabi, yang bertemakan“Meneladani Jejak Feminst Rasullulah Dalam Membebaskan Perempuan ”. Acara ini bukan hanya membahas tentang refleksi maulud, tetapi punya maksud lain yaitu sekaligus Launching CERFEN. Seperti yang dikemukakan oleh Saudari Nurul Bahrul Ulumiah[2] bahwa “CERFEN itu singkatan dari Cherbon Feminist yang didalamnya terdapat beberapa divisi yaitu; Pendidikan Feminist (PENIS), Ngobrol Aktual Mbareng Bocah Eling (LAMBE), Cherbon Feminst Channel (CFC), dan Ngudar Rasa (NGURAS). Divisi tersebut adalah hasil gagasan teman-teman yang sebelumnya berkomitmen untuk menjalankan komunitas ini”.



Cherbon Feminist adalah media belajar bagi siapapun yang memiliki minat terhadap kajian isu-isu gender dan feminisme. Untuk saat ini, ada sekitar 10 orang yang berkomitmen untuk merawat serta menjalankan Komunitas CERFEN, diantaranya dari Mahasiswa Institut Studi Islam Fahmina Cirebon (ISIF) dan Institut Agama Islam Negri Cirebon (IAIN).



Selanjutnya adalah acara diskusi untuk merefleksikan maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam meneladani jejak Rasulullah sebagai feminis,Cherbon Feminist menghadirkan tiga narasumber yang tiada lain adalah tokoh-tokoh feminis muslim, yakni Ibu Nyai Hj. Afwah Mumtazah, Kiyai Abdul Muiz Ghazali, dan KH Marzuki Wahid. Acara diskusi ini dipandu langsung oleh penggagas Cherbon Feminist teh Nurul Bahrul Ulum.



Materi pertama disampaikan oleh Ibu Nyai. Afwah Mumtazah [3]

Beliau mengucapkan rasa syukur alahamdulilah, karena bisa hadir dalam acara ini. Ibu berbagi cerita zaman dahulu tentang ketakutannya ketika dicap sebagai feminis. Karena kala itu feminis menjadi sangat sensitif. Tapi belakangan beliau memiliki keyakinan bahwa gerakan feminis merupakan jalan untuk terwujudnya keadilan gender bagi perempuan dan laki-laki.

Selain itu, dengan adanya feminis maka akan ada gerakan advokasi untuk memperjuangkan kesetaraan hak laki-laki dan perempuan, karena hak itu kita bisa duduk bersama, berbagai wawasan dalam transformasi sosial. Feminis bukanlah hal yang negatif. Untuk mengetahuinya lebih dalam kita harus mengetahui banyaknya aliran feminis diantaranya islam, liberal, radikal, sosialis dll. Tentu memperkaya keilmuan ini adalah tugasnya komunitas Cherbon Feminist.

Lalu bagaimana dengan feminist  islam? Islam tentu saja memiliki nilai-nilai ajaran yang humanis nan adil. Betapa perempuan sangat hebat dan dihargai, termasuk oleh Al-Quran dan Hadist. Pertama, kita ambil contoh Siti Khodijah, Rasulullah sangat menghormati, mengapresiasi beliau untuk berbisnis, dagang, dll. Khodijah perempuan hebat dia juga diperbolehkan dagang atau bisnis oleh Rasulullah. Kedua, Siti Aisyah adalah seorang  figur, perawi hadist yang sangat cerdas, beliau pernah menjadi panglima saat perang jamal. Ketiga, kata An-nisa, yang artinya perempuan tiba-tiba dijadikan nama untuk sebuah surat, disini terlihat bahwa perempuan sangat suci. Keempat, seorang anak diwajibkan untuk berbakti kepada ibu, dalam sebuah hadist, “ibumu, ibumu, ibumu, lalu bapakmu”. Panggilan Ummuka sebanyak 3X lalu baru setelah itu Abbuka, dalam hal ini betapa perempuan sangat dihormati dan dijunjung tinggi drajatnya.

Materi kedua disampaikan oleh Kiyai. Abd Muiz ghozali[4]        

Mengawali pembahasan dengan menggali hal yang paling mendasar dari feminis. Menurutnya feminis pada hakikatnya tidak akan pernah bisa menjadi feminisme, tanpa membicarakan status seksualitas. Satu hal yang selalu diperdebatkan, apakah perempuan itu tercipta dari tulang rusuk laki-laki? Terlepas dari pesoalan hadist ini palsu atau tidak, tapi ini adalah cara kaum laki-laki mendominasi kaum perempuan, sampai mereka itu tak harus dirumahkan, karena tercipta dari tulang rusuk laki-laki.

Beliau kemudian menemukan hal lain dalam Al-Quran, bahwa kromosom manusia itu adalah perempuan, lalu ketika cacat lahirlah laki-laki. Lanjut Kiyai Muiz, Nabi Adam adalah nabi pertama bukan manusia pertama, karena tidak ada manusia yg diturunkan dalam ruang kosong. Lalu jika ditinjau dari aspek kecerdasan, Siti Hawa lebih cerdas baik persoalan teologi maupun sosial.

Misal, pada kata hawa “menggoda”, padahal hanya mengusulkan mendekatkan pohon khuldi, yg tadinya sudah disembah oleh banyak orang. Berarti ini sama kisahnya pada nabi ibrahim, yg menganalogikan bahwa berhala itu tidak ada apa-apanya serta tak patut disembah.

Apakah hukum perempuan tak boleh bersila dan hukum itu hanya dibuat-buat? Lalu ketika perempuan berjalan harus miring-miring dan berlengak-lenggok. Sebegitu lemah kah laki-laki hingga harus mengatur perempuan sampai sedetail itu. Intinya perempuan dan laki-laki harus berada ditataran yang sama, sama-sama memiliki hak, kewajiban dan martabat.

Berhubung ruang serta waktu tebatas dan materinya sangat menarik, moderator memutuskan untuk melanjutkan diskusi ini dilain waktu.


Materi ketiga disampaikan oleh KH. Marzuki Wahid[5]


Mengawali pembahasan, Kiyai Marzuki Wahid membuka kitab Khuthaburrasul untuk meyakinkan bahwa Rasulullah sang feminis sejati. Hal ini dibuktikan ketika beliau berwasiat untuk menjaga, melindungi dan menghormati perempuan dalam khutbahnya rasul ketika haji wada’ saat 10 Hijriah dan ketika haji di Padang Arafah, didepan 140 ribu jamaah haji, Rasul bersabda, “sesungguhnya darah-darahmu, harta-harta mu, ini adalah mulia dan tidak boleh dirampas oleh siapapun hingga kita menemukan Tuhan, sehingga kita menemukan kemulian hari ini, didalam negeri”.



Lalu ada yang menarik disini “wahai manusia, bahwa sesungguhnya bagi perempuan-perempuan kamu memiliki hak oleh kamu, juga sebagimana istrimu memiliki hak atas kamu, diantara hak kamu atas istri-istrimu adalah tidak boleh memasukan orang lain ke dalam kamarmu,  juga tidak boleh memasukan orang lain ke dalam rumahmu terhadap izin kamu.”


Ini mungkin sebuah deklarasi hak asasi bagi perempuan yang tidak kalah menarik,“sesungguhnya istri-istrimu terhadap kamu itu adalah tawanan, kamu tak memiliki apa-apa terhadap perempuan-perempuan itu, karena kamu mengambilnya atas hak Allah, kamu harus takut kepada Allah terhadap memperlakukan perempuan”.

Kiyai Marzuki melanjutkan, jika khutbah nya seperti ini dan yang berbicara adalah Ketua Komnas HAM atau presiden bukankah biasa? Tetapi ini yang berbicara adalah Nabi Muhammad SAW, 15 abad yang lalu dimana belum ada media sosial seperti saat ini. Sungguh menakjubkan karena Nabi sendiri yang mengatakanny. Hal ini terbukti bahwa tidak ada ajaran Nabi yang melecehkan perempuan bahkan poligami sekalipun.

Menurutnya Nabi tidak berpoligami karena orientasi seksual. Saat menikah dengan Siti Khodijah, Nabi sangat setia. Kemudian berpoligami saat umur 55 tahun ke atas, dimana Nabi sudah tua. Nabi menikah tanpa orientasi seks dan bukan melecehkan perempuan. Selain itu, Nabi sangat romantis terhadap istri-istrinya dan melakukan perempuan secara istimewa, walau dengan janda yang lebih tua 15 tahun.

Lalu apakah feminis hanya seorang perempuan? tentu tidak. Karena ternyata banyak laki-laki yang feminis. Feminis adalah orang yang memperjuangkan hak-hak perempuan sehinggga terwujudnya keadilan dan kesetaraan.

Di akhir sesi, moderator memberikan kesimpulan dan mengajakpara peserta untuk meneladani serta melanggengkan jejak feminisnya Rasulullah SAW dalam membebaskan perempuan.


[1] Mahasiswa Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon, Aktifis Cherbon Feminist.

[2] Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Penggagas Berdirinya Cherbon Feminist.

[3] Nyai di Pondok Pesantren Kempek Cirebon, Rektor ISIF Cirebon, Feminist.

[4] Kiyai asal Madura, Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Feminis.
[5] Rektor di Ma’had Aly Kebon Jambu, Dosen di IAIN dan ISIF Cirebon, Feminis.












REFLEKSI KEGIATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW & LAUNCHING “Cherbon Feminist” REFLEKSI KEGIATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW &  LAUNCHING “Cherbon Feminist” Reviewed by Cherbon Feminist on December 25, 2017 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.